Total Tayangan Halaman

Selasa, 14 Agustus 2012

Makalah untuk Mahasiswa STT-GKE


Sylabus Kuliah Pengetahuan/Pengantar Perjanjian Baru
3 SKS, minimal 18 Kali Pertemuan
Deskripsi         :
1)Mempelajari pembagian kitab-kitab dalam PB dan 
2) urutan kronologis peristiwa-peristiwa, 
3)penokohan dan 
4)proses kanonsisasi PB.
Kompetensi     : Mahasiswa mampu memahami latar belakang pemikiran yang ada di balik pembagian Kitab-kitab PB.
Subtansi          :Mahasiswa memahami secara kronologis peristiwa-peristiwa dan penokohan dalam kitab PB.


 
NB    :Tugas kelompok adalah mempelajari dan menemukan penjelasan latar belakang penulisan kitab PB dan memahami secara umum bagian-bagian PB, melalui pembacaan Alkitab, diskusi, dan penelitian pustaka.

Struktur Isi Makalah Kelompok
I. Pendahuluan
II. Pembahasan Kitab/Surat....
2.1. Maksud dan Tujuan,
2.3.Pengarang
2.4 Waktu, Tempat,
2.5 Struktur Surat/Kitab
2.6 Catatan-catatan
III Penutup/Simpulan: Berisi Pandangan dan sikap kelompok atas pembahasan yang telah dilakukan atas
sebuah tulisan (Kitab/surat)

Sabtu, 12 Mei 2012

Tuhan inilah aku


Ikon “Yesus ‘ The Savior Acheiropoetos’
 (Gambar diambil dari: http://flickrhivemind.net/Tags/mandylion/Interesting)

Penulis sengaja menampilkan refleksi berdasarkan dua ikon di bawah ini yakni Ikon Yesus Acheiropoetos. Ikon ini dipercaya oleh orang Orthodoks sebagai ikon yang pertama. Hal ini dilakukan karena ikon seharusnya dinikmati, dirasakan , dilihat dan direfleksikan. Hasil refleksi itu akan menunjukkan spiritualitas doa  kita. Penulis juga ingin mengalaminya dalam refleksi ini.
Ikon ini merupakan ikon yang dipercayai oleh orang Orthodok sebagai ikon yang pertama. Dalam mitos yang mereka percayai ikon ini terjadi secara ajaib. Menurut tradisi, pada  awalnya dikenal Ikon “ The Savior Acheiropoietos” yang dibuat sekitar abad ke-5. Ikon ini merupakan gambaran wajah Kudus Yesus yang menurut legenda tergambar secara ajaib pada sebuah kain yang dikirim pada Raja Abgar dari Edessa dengan maksud agar Raja tersebut disembuhkan dari penyakitnya. Mulai abad keenam, Ikon tersebut semakin populer di wilayah Bizantium. Tahun 944 Ikon itu dipindahkan dari Edessa ke Konstantinopel.
Bagi penulis yang tidak biasa dengan cara kontemplatif ini mungkin akan mengalami kesulitan. Paling tidak, kita akan merasakan bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang gambar ini, kecuali mau membaca, menggali dari berbagai sumber. Penulis merasa, pengalaman kontemplatif melalui ikon ini memberi kekayaan sendiri. Penulis merasa harus meyiapkan suatu rancangan “khotbah” sehingga hasil kontemplatif itu menjadi sebuah penafsiran sekaligus sebuah pengalaman.

Minggu, 06 Mei 2012

Mikhael dan Permainannya yang selalu kreatif

DISKUSI LITURGI


BEDAH BUKU “LITURGI MEJA TUHAN”
Pdt Tahan MC

Sabtu,  4 maret 2006 bertempat di Gedung Gereja GKI Cinere, telah dilaksanakan acara yang cukup penting yakni bedah buku : Liturgi Meja Tuhan dengan sub judul : “Dinamika Perayaan Pelayanan”  yang disusun oleh (alm) Ester Sutanto. Ada tiga ahli yang diundang dalam bedah buku itu yakni Pdt. Rasid Rachman MTh , Romo (DR)Boli Ujan, dan Pdt. Agus Wiyanto. Acara yang berlangsung pada pagi hari itu menyita perhatian sekitar 50-an Warga Jemaat dan para pelaku liturgi.
Tampil sebagai pembicara pertama Pdt. Rasid Rachman dengan menampilkan makalah berjudul “Liturgi Meja Tuhan “Buku Baru” bagi Gereja di Indonesia”. Dalam makalahnya, Rasid menegaskan bahwa ada tiga hal pokok yang menjadi ulasannya yakni :
1.Topik yang diulas adalah bukan hal baru,
2.Topik ini masih baru bagi Teologi gGereja di Indonesia,
3.Dalam karya liturgi, buku ini yang pertama kali ditulis oleh Teolog Protestan di Indonesia.
Buku “Liturgi Meja Tuhan”  yang baru lalu didiskusikan memberikan suatu perspektif yang tidak sama sekali baru tetapi baru bagi gereja-gereja Protestan, demikian Rasid Rachman (Dosen luar biasa di STT Jakarta sekaligus pendeta di GKI Perumnas Tangerang yang juga mengajar mata kuliah Liturgika selama sepuluh tahun di STT Jakarta). Rasid menyatakan bahwa sebelumnya masih banyak deretan nama yang membahas topik perayaan Perjamuan Kudus seperti Monika Hellwig dalam bukuinya The Eucharist and the Hunger of The World, tahun 1976, Tisa Balasuriya menulis The Eucharist and Human Liberation (1976), Joseph Grassi Broken Bread Anbd Broken Bodies (1895), Ion Bria The liturgy after the Liturgy (1996). Di Indonesia, Greg Soetomo menuliskan buku Ekaristi dan Pembebasan dalam Konteks Masyarakat di Indonesia (2002). Fokus tema dalam buku-buku tersebut adalah makna sosial dalam Perjamuan Kudus.